Lewat Pendidikan dan Film, Korupsi Diharapkan Jadi Sejarah
Jakarta, Kemendikbud --- Maraknya pembuatan film sejarah di tanah air saat ini menarik perhatian Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan. Ada harapan khusus bagi Menteri Anies terhadap perkembangan film sejarah ini.
"VOC tumbuh besar dan meninggalkan warisan yang sampai hari ini masih kita rasakan dampaknya, yaitu korupsi," katanya saat membuka seminar sehari Bedah Sejarah VOC 1602 di Batavia, yang juga menjadi bagian dalam pembuatan film Batavia 1629 oleh rumah produksi Purwaka Film di Kantor Kemendikbud, Rabu (11/02/2015).
Menteri Anies mengatakan, Vereenigde Oost-Indische Compagnie atau yang lebih dikenal dengan singkatan VOC adalah perusahaan multinasional pertama di dunia. Perusahaan yang masuk ke Indonesia sejak 1602-1800 ini bangkrut karena kuatnya korupsi di dalam sistemnya.
Mendikbud mengatakan, dalam beberapa konferensi dunia Indonesia disebut sebagai salah satu negara dengan tindak korupsi terbesar. Namun demikian ia menyampaikan dalam forum tersebut bahwa Indonesia tidak memulai praktik tersebut, melainkan mewarisinya dari penjajah. "Tapi sayangnya kita mengembangbiakkannya lebih kreatif dan lebih besar lagi," katanya.
Dan melalui visualisasi sejarah lewat film seperti yang akan ditampilkan di film Batavia 1629 ini, Mendikbud berharap agar pesan perjuangan dan pesan ketangguhan harus kuat. Pesan tersebut, kata dia, muncul bukan dari gaya yang kasar melainkan muncul secara halus agar dapat diterima dengan baik tanpa terkesan mengajari penonton. “Jika untuk Belanda keberadaan VOC adalah sejarah korupsi, saya berharap korupsi nanti juga bagian dari sejarah kita,” katanya.
Ia menambahkan, untuk memperoleh film yang berkualitas sangat penting untuk menyelaraskan institusi pengelola perdagangan dan pengelola pendidikan. Yang sering terjadi, kata dia, kepentingan usaha berseberangan dengan kepentingan nasional. “Saya rasa, ini suatu contoh dimana kepentingan usaha sejalan dengan kepentingan nasional terutama dalam aspek kesadaran berbangsa Indonesia,” katanya. (Aline Rogeleonick/sumber: portal kemdikbud/pengunggah: Erika Hutapea)