Mendikbud: Indonesia Menyala, Tiap Titik Tampak Terang Ada Orang Tercerdaskan

Yogyakarta, Kemendikbud --- Indonesia Menyala adalah Indonesia di setiap titik tampak terang, dan di sana terdapat orang-orang yang tercerdaskan. Selain itu juga di sana terdapat anak-anak yang belajar, ada pengetahuan, dan ada keinginan keras untuk maju. Hal tersebut disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan pada acara peluncuran program Indonesia Menyala di Museum Benteng Vredeburg, D.I. Yogyakarta, Sabtu (23/05/2015).

"Saya membayangkan Indonesia Menyala itu seperti sebuah peta menyala, yang di potret, di dalamnya ada pusat pengetahuan, ruang inspirasi, dan ada proses belajar," ucap Mendikbud.

Mendikbud menekankan untuk mewujudkan Indonesia menyala salah satu syaratnya juga harus bernyali. Setiap putra dan putri bangsa harus memiliki nyali untuk bermimpi, karena pemimpi yang dapat mewujudkan mimpinya ditambahkan dengan nyali akan menjadi seorang pemimpin. "Mimpi jangan sampai pada gagasan saja, tapi harus berani mengubah gagasan yang berintegritas menjadi kenyataan yang bisa bermanfaat untuk orang banyak," ujar Mendikbud.

Di dalam Indonesia Menyala, kata Mendikbud, seluruh pihak bersama-sama mewujudkan individu yang cerdik dan cerdas. Individu tersebut dapat merangsang serta menginspirasi melakukan gerakan, melakukan sesuatu. Gerakan muncul bukan lewat ajakan, tetapi lewat tindakan yang menginspirasi.

Mendikbud berharap program Indonesia Menyala dapat mengajak individu dalam masyarakat melihat lingkungan sekitar. Mendikbud juga mengajak setiap individu dalam masyarakat untuk bertanya apa yang perlu ditambah ketika ada kekurangan dalam masyarakat. "Ketika kita lihat ada masalah, maka lakukan sesuatu. Ketika kita ingin melakukan sesuatu dan mau berbuat, dari situ solusi akan muncul dan bergerak sama-sama. Dengan begitu Indonesia akan menyala," pungkas Mendikbud. (Seno Hartono/Sumber: kemdikbud.go.id/Pengunggah: Erika Hutapea)

Mendikbud: Terapkan Sekolah Menyenangkan, Mulai dari Guru dan Kepala Sekolah

Makassar, Kemendikbud --- Sekolah merupakan tempat terjadinya proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar ini, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan mengajak kepada seluruh lembaga pendidikan untuk menjadikan sekolah sebagai tempat yang menyenangkan. Hal tersebut seperti yang dituliskan oleh Bapak Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, dalam konsep yang telah dibuat untuk menjadikan sekolah sebagai taman.

"Taman ini adalah tempat yang menyenangkan. Untuk itu, inilah yang diharapkan menjadikan sekolah sebagai tempat belajar yang menyenangkan," demikian disampaikan Mendikbud pada acara bincang-bincang bersama Ikatan Guru Indonesia (IGI) dan Media Massa wilayah Sulawesi Selatan, di Kota Makassar, Sabtu (16/05/2015).

Konsep sekolah menyenangkan ini, kata Mendikbud, dimulai dari peran guru dan kepala sekolah. Dengan begitu, konsep sekolah menyenangkan tidak boleh diasosiasikan dengan tempat pembelajaran yang mewah dan mahal. Suasana menyenangkan dapat muncul ketika seorang pendidik dapat membawakan suasana belajar yang tidak menegangkan, dan menerapkan berbagai pola pembelajaran yang menyenangkan.

"Jika guru dan kepala sekolahnya tidak menyenangkan, jangan harap sekolah bisa menjadi tempat belajar yang menyenangkan. Untuk itu mari kita lakukan hal yang berbeda," ajak Mendikbud.

Pendidik dapat menanyakan kepada siswa, pola pembelajaran seperti apa yang diharapkan. Dengan adanya keterlibatan siswa ini, Mendikbud mengatakan, suasana pembelajaran di sekolah akan lebih kondusif. Bila siswa merasakan nyaman dalam proses belajar di sekolah, Mendikbud meyakini prestasi para siswa tersebut akan lebih meningkat.

"Tidak boleh terlupakan, selain sekolah juga sebagai tempat belajar yang menyenangkan, juga sekolah harus dapat menunjukan sebagai tempat belajar yang berintegritas. Guru dan kepala sekolah dapat menjadi teladan bagi para siswa," pesan Mendikbud. (Seno Hartono/Sumber:kemdikbud.go.id/Pengunggah: Erika Hutapea))

Peraih Nilai Terbaik UN di DIY Ini Memang Suka Belajar

Sabtu, 16 Mei 2015 | 16:14 WIB

Wijaya kusuma Selma saat menunjukan Surat keterangan hasil Ujian Nasional                                    KOMPAS.com

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Usaha keras yang dilakoni oleh Selma Mutiara Hani, siswa SMA Negeri 3 Yogyakarta, tak sia-sia. Anak pertama dari 3 bersaudara ini berhasil meraih nilai tertinggi ujian nasional se-Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Selma mendapat informasi soal nilai tertinggi itu dari seorang temannya. "Saya malah kaget, enggak menyangka. Saya tahu pagi kemarin dari SMS teman," ucap Selma saat ditemui di rumah, di Gandok Condongcatur, Depok, Sleman, Sabtu (16/5/2015) siang.

Total nilai dari enam mata pelajaran yang diperoleh Selma adalah 562,1. Untuk mata pelajaran Kimia, ia mendapat nilai 100. Sementara itu, nilainya untuk Bahasa Indonesia adalah 91,8; Bahasa Inggris 85,4; Matematika 97,4; Fisika 97,5; dan Pelajaran Biologi 90.
"Saya sedikit lemah di Bahasa dan Biologi. Dan pelajaran-pelajaran itu yang selama ini saya pelajari lebih," tuturnya.

Menurut dia, perlu usaha keras untuk dapat meraih apa yang di inginkan. Perjuangan itu pun telah dilakukanya sejak duduk di sekolah dasar (SD). Ia mengaku menghabiskan sebagian besar waktunya untuk belajar.
"Ya tetap main seperti anak-anak lainya, tapi memang saya suka belajar dari kecil. Kalau ada waktu saya pasti belajar," ucapnya.

Terlebih ketika menjelang UN, setahun sebelumnya ia mempersiapkan diri dengan mengikuti les privat bimbingan belajar (bimbel). Dari sekolah, ia tidak langsung pulang melainkan mengikuti bimbel sampai pukul 20.00 WIB.

"Pulang mandi, istirahat, tidur. Bangun jam 23.00 WIB, terus belajar sampai jam 03.00 pagi. Terus shalat," kata dia.

Musik dan tari

Remaja kelahiran 13 Februari 1997 itu menuturkan untuk mengusir kejenuhan belajar, ia memilih kegiatan tari dan bermain musik. Menurut dia, menari dan bermain musik bisa membuatnya lebih fresh.
"Selain ingin berprestasi di dunia akademik, kalau ada kesempatan saya ingin mewakili Indonesia di dunia tari. Saya suka dengan kebudayaan, khususnya tari," ucapnya.

Selma mengaku tahu bahwa pelaksanaan UN tahun ini diwarnai kebocoran, tetapi ia dan teman-temannya di SMA Negeri 3 Yogyakarta sepakat untuk tetap jujur. Apalagi mereka sudah mempersiapkan diri untuk menghadapi UN dengan belajar tekun.
"Keberhasilan jika diraih dengan kejujuran maka itu lebih membahagiakan. Saya dan teman-teman sepakat untuk tetap jujur dalam UN," tandasnya.
Meskipun bahagia karena mendapat nilai yang sangat bagus untuk UN, Selma tidak mau berhenti sampai di sini. Menurut dia, prestasi ini hanya awal.
"Senang sih dapat predikat nilai UN tertinggi tapi hidup saya masih panjang, ini bukan puncak. Saya ingin meraih cita-cita menjadi dokter kandungan," katanya.
Salma pun saat ini sudah diterima melalui jalur khusus Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada.

Bertanggung jawab

Sementara itu, ibunda Selma, Dr Ani Kusnani Febriani, menuturkan, sebagai orangtua sangat bangga ketika anaknya memperoleh nilai tertinggi UN. "Bangga dan bersyukur. Tapi nilai tinggi itu kan tidak menjamin menjadi sukses, harus bisa sosialisasi juga, rendah hati dan jujur. Memperbanyak link juga," tegasnya.

Ani menuturkan, sejak kelas IV SD, Selma tidak perlu lagi diingatkan untuk belajar. Ia menilai putri sulungnya itu sudah memiliki sifat bertanggung jawab dan tahu yang harus dilakukan sejak kecil.

Meskipun begitu, Ani selalu berpesan kepada Selma agar tetap menikmati masa remaja meskipun tetap tekun belajar. Jangan sampai masa mudanya terlewati, karena segala fase tetap harus dijalani sebagai pembelajaran hidup, kata sang ibuda.
"Hasil ini berkat perjuangan Selma sejak SD. Dia sudah berusaha keras belajar. Tapi perjuangannya masih jauh jadi jangan berhenti disini," pungkas Ani.